Esai – Suatu hal penting dalam lingkungan makhluk hidup adalah kelestarian alam yang terjaga dengan cara pengelolaan tumbuhan yang baik dan memiliki manfaat untuk seluruh lapisan masyarakat, karena lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.
Selain itu menjaga kelestarian lingkungan alam akan dirahmati oleh Allah SWT seperti yang terkandung dalam surat Al A’raf (7) ayat 56 yang artinya “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”.
Namun, adanya era global dampak masalah lingkungan dapat dirasakan oleh seluruh penduduk bumi karena kondisi alam terus mengalami degradasi. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena kondisi tersebut mengancam keselamatan ekosistem, seperti tumbuhan-tumbuhan tertentu yang mengalami kepunahan secara perlahan akibat pembangunan, pembabadan tanpa pengelolaan daur ulang, dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap tumbuhan-tumbuhan yang memiliki banyak manfaat sehingga jiwa ecopreneur pun semakin menurun, padahal wilayah tropis seperti Indonesia kaya akan tumbuhan obat, salah satu yang sering dijumpai adalah tumbuhan paku, misalnya pakis (tumbuhan paku sejati) jenis Athyrium Filix-Femina.
Pakis Athyrium Filix-Femina merupakan salah satu jenis tumbuhan paku-pakuan yang tidak asing bagi kalangan masyarakat, khususnya di pedesaan. Pakis jenis ini biasanya sering dijumpai ditempat yang lembab dan diketahui memiliki banyak manfaat, walaupun demikian pakis ini sangat jarang dipedulikan oleh masyarakat karena mereka hanya menganggapnya sebagai tumbuhan sayur liar yang cenderung dianggap mengganggu.
Seperti hasil observasi penulis di daerah Bhayangkara Baru, Kecamatan Serang, Provinsi Banten, masyarakat pada umumnya mengatakan bahwa “Tumbuhan pakis tidak penting”. Seiring berjalannya waktu tumbuhan ini mulai jarang ditemui khususnya diperkotaan. Hal yang lebih parah terjadi karena tidak sedikit orang yang mencabut tumbuhan tersebut lalu membuang atau membakarnya, inilah kesalahan yang sering terjadi dalam menjaga kelestarian alam meskipun telah diketahui banyaknya manfaat dari tumbuhan pakis jenis Athyrium Filix-Femina.
Masyarakat Indonesia pada dasarnya selalu ingin mengkonsumsi tumbuhan alam untuk memperoleh khasiat yang baik atau sebagai olahan obat herbal dari tumbuhan tersebut. Namun, penyajiannya yang cukup menghabiskan banyak waktu membuat mereka malas untuk melakukan pengolahan obat dari tumbuhan alam tersebut. Berdasarkan penelitian Hardianzah Rahmat seorang sarjana Teknologi Pertanian IPB, pakis ini memiliki kandungan flavonoid (senyawa bioaktif, serupa dengan antioksidan), dengan perhitungannya yang menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut: berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering) 68.09 mg quarcetin dan 19.44 mg kaemferol, sehingga totalnya adalah 87.53 mg. Kandungan ini bermanfaat sebagai bantuan untuk meningkatkan efek vitamin C, atioksidan yang baik untuk tubuh dan membantu mengobati alergi, infeksi virus, athritis, kondisi pandangan tertentu dapat memperbaiki sel yang rusak akibat radikal bebas. Selain itu, penelitian Andriyanto, poniman, dkk (2013) menyatakan bahwa Kandungan rebusan dari daun pakis mengandung diuretik dan pereda rasa nyeri. Diuretik dalam dunia kedokteran biasanya digunakan untuk menurunkan volume cairan ekstraseluler. Khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan edema atau hipertensi. Kandungan diuretik ini mampu meningkatkan ekskresi volume urin, ekskresi natrium dan kalium, karena pengeluaran natrium membuat konsentrasi natrium darah kembali ke keadaan homeostasis sehingga tekanan darah akan kembali normal dan penimbunan cairan tubuh dapat terkurangi.
Tim peneliti dari Jurusan Farmasi Universitas Uttaranchal Dehdarun Uttharakad India, meneliti aktivitas antibakteri dari pakis sejenis yang dipublikasikan dalam jurnal Farmakogonos 3 (21): 77-79 tahun 2011. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyaring berbagai tanaman yang dilakukan pada aspek antimikroba atau untuk mengeksplorasi keampuhan tanaman ini, dan hasil analisis Yuliana Southaly dan M. Nur Matdon terhadap kandungan vitamin A pakis ini adalah 0.0225, hasil diolah dengan air panas selama 5 menit. Manfaat vitamin A adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menjaga kulit dan mata tetap sehat, serta melindungi tubuh dari degradasi gigi, jaringan, otot dan tulang.
Berbagai manfaat dalam tanaman pakis Athyrium filix-Femina yang telah dipaparkan sebelumnya, membuat penulis tergerak untuk menjaga kelestarian tanaman ini sekaligus menjadikannya sebagai usaha berbasis ecopreneur. Oleh karena itu, penulis berinovasi untuk membuat suatu produk teh dari daun pakis jenis Athyrium filix-Femina atau Common Lady Fern Lady-pakis, setelah terlebih dahulu melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber, melakukan eksperimen dan berkomunikasi dengan salah satu ahli biologi. Alasan dibuatnya teh pakis bukan hanya karena produk ini tidak pernah diproduksi oleh siapapun, tetapi dibuatnya produk ini karena dapat meningkatkan jiwa ecopreneur dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Membuat produk teh dari daun pakis merupakan hal yang paling efektif berdasarkan kenyataan empiris kesibukan orang-orang saat ini, karena teh pakis ini merupakan olahan baru yang lebih mudah dikonsumsi dan manfaatnya dapat dirasakan tanpa menghabiskan banyak waktu dan tenaga, mudah dibawa kemanapun dan manfatnya dapat dirasakan kapanpun, serta tetap menjaga kelestarian alam sesuai dengan produknya yang berbasis ecopreneur.
Daun pakis yang akan di proses menjadi teh pakis asli melewati beberapa tahapan. Pertama, menyiapkan daun pakis Athyrium filix-Femina sesuai kebutuhan, artinya kita tetap menjaga kelestarian pakis ini. Kedua, washing (pencucian), daun pakis dibersihkan menggunakan air tawar terlebih dahulu, kemudian dibersihkan kembali menggunakan air es supaya kandungan ptaquiloside larut, berkurang atau hilang. Ketiga, drying (pengeringan), daun pakis dikeringkan ditempat yang bersih, dibawah sinar matahari selama 4 – 5 jam atau kondisional sesuai panas atau tidaknya matahari. Pengeringan daun pakis ditata secara rapi kemudian ditutup menggunakan strainer (jaring tertutup) untuk tetap menjaga kesterilan daun pakis dari debu atau kotoran lainnya. Keempat, refinement (penghalusan), penghalusan mengggunakan alat manual yang terbuat dari anyaman bambu (seser) sampai menjadi bubuk yang tidak begitu halus namun tidak begitu kasar pula. Kelima packaging (pengemasan), pengemasan bubuk teh pakis menggunakan kemasan celup untuk memudahkan konsumen dalam menikmati teh tersebut, kemudian teh pakis dalam celup tersebut dikemas kembali dengan box berbahan kertas upaya lebih ramah lingkungan dengan desain yang menarik.

Konsep dari ecopreneur adalah salah satu konsep pengolahan dan produksi yang diupayakan untuk selalu ramah lingkungan dan menjaga kelestarian alam. Reduce (mengurangi), mengurangi penggunaan bahan yang mengancam kelestarian lingkungan, menggunakan pakis Athyrium Filix-Femina sesuai kebutuhan tanpa membantai habis tumbuhan tersebut. Reuse (Memakai kembali), konsep ini untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Misalnya pengemasan produk menggunakan kertas yang lebih ramah lingkungan.
Recycle (Mendaur ulang), melakukan penyebaran tumbuhan pakis Athyrium Filix-Femina, merubahnya menjadi produk teh kesehatan dan dipasarkan untuk masyarakat upaya kehidupan yang sehat dan sejahtera. Upcycle, memberikan manfaat yang lebih baik dan penggunaan yang efektif terhadap konsumen atau masyarakat. (Jihan Suwari Yanti: 2014).
Berdasarkan keterangan diatas, produk cibotium tea (Teh pakis) jenis Athyrium Filix-Femina merupakan solusi yang dirasa sangat efektif karena memadukan usaha dan peduli lingkungan (ecopreneur). Dengan begitu teh pakis ini merupakan terobosan yang menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk perkembangan organisme dan kelestarian ekosistem. Pada akhirnya, perlu kita ketahui dan kita sadari, di era global yang berkembang cepat dan pesat maka ketika kita tidak ikut berinovasi, bersaing dan mengikuti perkembangan, kita akan mudah tersingkirkan. Hal ini tidak terkecuali bagi mahasiswa yang memiliki kewajiban hadir ditengah-tengah masyarakat untuk kelestarian lingkungan dan kesejahteraan berjangka panjang, dengan meningkatkan jiwa ecopreneur, juga upaya mendorong terwujudnya Sustinable Development Golas (SDGs) 2030.
Oleh: Hani maria
Jurusan: Bimbingan Konseling Islam
(UIN SMH Banten)
Catatan: Esai ini juara 2 dilombakan dalam Esai Nasional Koperasi Mahasiswa di Universitas Nahdatul Ulama.