Close Ads

Iklan - Scroll untuk membaca artikel ↓

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Advertisement


Bangun Bisnis Dengan Etika, Kaya Dini Dengan Usaha

Banten  

Advertisement

Dari masa ke masa etika berbisnis sangat diperlukan dalam menjalankan roda kehidupan, tidak pernah pula lepas hubungan dari satu manusia ke manusia lain hingga sampai pada hubungan dengan Sang Penciptanya. Jangankan bisnis besar, bisnis sekecil apapun harus berjalan sesuai jalan dan aturan agar mampu terus berputar dengan baik. Karena bisnis yang baik akan membawa keberkahan untuk orang-orang di sekeliling kita.

Etika bisnis bermula dari situasi dulu, dimana para filsuf-filsuf Yunani mulai memikirkan tentang bagaimana cara mengatur pola kehidupan bersama dalam bernegara dan bagaimana kehidupan perekonomian ini diatur. Dalam filsafat dan abad pertengahan, pembahasan tentang moral ekonomi dan perniagaan juga menjadi perhatian filsafat di zaman modern.

Pada tahun 1960-an di Amerika Serikat terjadi beberapa pemberontakan dan berbagai permasalahan yang salah satunya menyangkut masalah keungan negara. Maka timbulah perhatian dunia pendidikan terhadap sosial issues yang pada akhirnya mencantumkan mata kuliah Bussines and Society pada kurikulum sekolah bisnis. Kemudian terus mengalami perkembangan tahun 1980-an di Eropa Barat. Banyak fakultas ekonomi yang mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya sebagai mata kuliah wajib atau pilihan.

Begitu panjang jika diurai secara detail, bahkan di Indonesia pun khususnya di UPI Serang. Pendidikan kewirausahaan yang didalamnya juga membahas etika berbisnis baru masuk dalam kurikulum pada tahun akademik 2019 sebagai mata kuliah wajib. Etika berbisnis bukan semata-mata belajar bagaimana cara menjalankan bisnis dengan baik, tapi lebih dari itu penanaman nilai-nilai karakter dari sang pembisnisnya lah yang perlu dibangun disini.

Baca juga:  Empat Organisasi Pers Mengimbau Pemprov Banten Maksimalkan Peran Media

Banyak sekali pengusaha-pengusaha di Indonesia yang akhirnya jatuh collapse akibat membangung bisnis tanpa etika. Contohnya PT. Adam Sky Conection Airlanes yang dikelola oleh keluarga Adam harus rela izin terbang pesawatnya dibekukan karena banyaknya masalah yang muncul akibat dari buruknya pengelolaan keuangan dan pengelolaan sistem kerja dari salah satu anggota kelurga yang tidak transparan. Merasa untung sedikit saja langsung berpoya-poya. Gagal sekali langsung menyerah. Padahal dalam membangun usaha banyak sekali pengorbanan yang harus kita lakukan, berkorban waktu, tenaga, pikiran, mungkin sedikit pusing dan melelahkan. Belum lagi konflik dengan keluarga, teman, dan sahabat, akan tetapi kita harus tetap percaya semua akan terbayar asalkan tidak menyerah.

Adakah cara instan yang halal untuk menjadi kaya? Rasanya tidak ada kecuali pewaris tunggal yang hartnya tidak habis tujuh turunan. Sepuluh tahun mungkin akan aman, tapi tetap saja tanpa pengelolaan yang baik, harta sebanyak apapun akan habis dalam sekejap. Berapa banyak orang yang menyukai kopi instan? Bedakan rasanya dengan kopi yang diracik langsung oleh sang peracik kopi. Begitulah dalam berbisnis. Orang kaya belum tentu memikirkan orang lain, tapi seorang pengusaha yang beretika sudah pasti memikirkan orang lain, karena hidupnya tidak hanya tentang diri dan Tuhan, tetapi juga antar manusia dengan manusia.

Daya juang dari seorang pembisnis atau pelaku wirausaha adalah kerja keras, inisiatif, kreatif dan inovatif. Tidak masalah jika masa muda dihabiskan dengan jatuh bangun daripada hanya mampu melihat keberhasilan orang lain. Kemudian bangunlah karakter dan reputasi sebagai manusia yang beretika. Yang tidak kalah penting adalah perlunya memegang teguh pendirian dan nilai yang danutnya. Sebagai manusia yang bermartabat dan beragama, maka tidak perlu melakukan sesuatu kepada oranglain yang kita sendiri tidak suka mendapatkannya (Peter Koestenbaum, 2002).

Baca juga:  Biddokes Polda Banten Gelar Rapid Test Penumpang Kapal

Selain membangun karakter dan reputasi yang baik, berbisnis haruslah dengan etis. Jujur menjadi pangkal utama, jika baik katakan baik dan jika tidak katakan tidak. Jika sudah waktunya pegawai dibayar maka bayarlah sesuai kesepakatan bahkan sebelum keringatnya kering. Pembisnis yang etis selalu menjaga ucapannya, apa yang diucapkan akan selaras dengan apa yang akan dilakukan. Lalu konsistenlah dengan apa yang sudah kita mulai, tidak masalah tahap demi tahap, sedikit demi sedikit, dibandingkan banyak tapi jarang.

Ketika semua usaha sudah kita kerahkan, jatuh bangun menjadi makanan sehari-hari yang selalu bisa dinimati, maka seorang pengusaha juga harus memikirkan bagaimana usahanya terus berkembang. Karena kita tahu jika tidak melanjutkan bisnis, bisa jadi akan ada orang yang tidak makan hari ini. Dan jadilah manusia kaya dengan usaha, bukan hanya kaya karena banyak uang tetapi kaya hatinya, pikirannya, idenya, dan wawasannya dengan tetap mengingat bahwa seorang pengusaha selalu memikirkan orang lain.

Penulis: Shilvia
Universitas Pendidikan indonesia (UPI) Serang

Advertisement

Scroll to Continue With Content
Advertisement