JAKARTA – Perpolitikan nasional jelang pemilihan umum 2024 kian memanas. Beberapa tokoh yang digadang menjadi kontestan terus melakukan safari politik baik secara terselubung hingga terang-terangan.
Berbagai nama yang santer muncul di ruang publik, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, mendorong lembaga Kajian Politik Nasional (KPN) untuk melakukan survei “Potret Elektabilitas Parpol dan Capres Setahun Menjelang Pemilu 2024” yang dilakukan pada 14-20 November 2022.
Rilis yang dilakukan pada Selasa 13 Desember 2022 via zoom tersebut memberikan highlight pada beberapa poin, di antaranya terlihat posisi Prabowo Subianto sebagai calon presiden ketika disandingkan dengan Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden selalu unggul dalam berbagai simulasi hingga mencapai 30,1 persen.
Poin kedua, terlihat komposisi ceruk pemilih dari partai-partai berbasis Islam, hanya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memiliki ceruk pemilih non-muslim yang cukup dominan dibanding partai nuansa Islam yang lain dengan keterpilihan 10,2 persen dan menempati urutan parpol keempat secara nasional.
Poin ketiga, terlihat jelas dari pemilihan responden pada partai politik bahwa peluang partai politik baru yang lolos ke senayan, yaitu Perindo 1,3 persen dan Gelora 1 persen dan PSI 1 persen. Khusus bagi PSI, walau mendapatkan persentase yang sama dengan Gelora, namun KPN mengangap banyak intrik di internal yang membuat partai tersebut terlalu fluktuatif dalam menggapai elektoralnya.
Direktur Eksekutif KPN, Adib Miftahul dalam kajiannya terhadap hasil survei tersebut mengatakan bahwa potret partai Gelora berpeluang lolos ke Senayan linier dengan pergerakan partai tersebut yang tidak banyak melakukan manuver namun strategi penguatan basisnya terlihat simultan.
“Gelora ini kita lihat mengunakan metode kapal selam. Pergerakan mereka tidak terlihat, tapi masif di akar rumput. Dan sosok integritas Fahri Hamzah serta Anis Matta juga mendapat posisi tersendiri di hati masyarakat,” ungkap Adib.
Adib menambahkan bahwa PKB berhasil menorehkan nama besar Partai Islam yang moderat terutama dimasa resesi intoleran yang selalu dijadikan gimik politik nasional. Dirinya mencontohkan adanya Daniel Johan yang notabene beragama Budha namun mendapat posisi sentral sebagai wasekjen.